CARAPANDANG.COM, KAIRO -- Hampir dua tahun konflik Palestina-Israel berlangsung, Gaza semakin terpuruk dalam penderitaan kelaparan dan pengepungan. Bantuan masih sangat terbatas, jumlah korban tewas terus meningkat, dan kelaparan bukan lagi sekadar ancaman, melainkan kenyataan.
Terlepas dari desakan untuk segera melakukan intervensi, pembicaraan gencatan senjata terhenti, karena perpecahan yang mendalam terus berlanjut antara Hamas, Israel, dan para mediator internasional.
Semakin banyak negara Barat yang mengarah untuk mengakui Negara Palestina dengan harapan dapat mendorong diakhirinya bencana kemanusiaan ini. Namun, Washington, meski mengakui adanya kelaparan yang mengerikan di Gaza, tetap teguh mendukung Israel dan berpegang pada sistem bantuan yang kontroversial.
Ketika Gaza semakin terperosok ke dalam katastrofe kemanusiaan dan kebijakan Amerika Serikat (AS) tetap tidak berubah, tersisa satu pertanyaan: Masa depan seperti apa yang menanti setelah perang dan kelaparan?
Warga Palestina mengambil bantuan kemanusiaan di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, pada 5 Agustus 2025. (Carapandang/Xinhua/Rizek Abdeljawad)
KELAPARAN YANG MEMBURUK