“Kami akan mengirim tiga orang ke Bali sebagai hasil dari MoU dengan The Sak. Mereka akan dilatih menjadi pengendali mutu untuk produk ekspor Payakumbuh,” ungkap Zulmaeta.
Namun, tantangan tetap ada. Zulmaeta menyebutkan bahwa untuk memenuhi permintaan ekspor, setidaknya dibutuhkan 1.000 pengrajin aktif, sementara saat ini Payakumbuh baru memiliki sekitar 400. Oleh karena itu, Pemko membuka peluang kerja sama dengan daerah tetangga guna memperluas basis produksi.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi pelaku UMKM handycraft antara lain terbatasnya akses permodalan, kapasitas produksi yang belum optimal, serta minimnya jangkauan pemasaran.
“Pemerintah Kota hadir sebagai fasilitator. Kami berkomitmen untuk membantu pelaku UMKM mengatasi setiap hambatan yang ada,” tegasnya.
Dalam Rakornas tersebut, Zulmaeta didampingi oleh Sekretaris Daerah Kota Payakumbuh Rida Ananda, Asisten II Setdako, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, serta Kepala Dinas Koperasi dan UMKM.
Rakornas ICCN 2025 sendiri menjadi ajang strategis yang mempertemukan lebih dari 240 kota dan kabupaten kreatif se-Indonesia. Kegiatan ini diisi oleh konferensi kreatif, sesi jejaring, pameran produk unggulan, serta pertunjukan seni budaya, yang bertujuan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan di sektor ekonomi kreatif.
Menutup paparannya, Wali Kota Zulmaeta menyampaikan optimisme terhadap masa depan ekonomi kreatif Payakumbuh.